kegiatan rasulullah

Senin, 05 September 2016

JADIKAN SETIAP AMAL BERNILAI IBADAH

           Para ulama menjelaskan bahwa ibadah meliputi segala sesuatu  yang disukai dan diridhai Allah,baik itu perkataan maupun perbuatan,yang tampak atau yang tersembunyi.dengan demikian, berarti segala aktivitas yang kita lakukan sehari-hari dapat bernilai ibadah di sisi-Nya.
            Terkait hal ini, Rasulullah SAW bersabda ; “ WAFIi BUD’I AHADHI KUM SHODAQOH “
 
Artinya ;”Dan menggauli istri juga termasuk sedekah”
           
Dalam hadits lain, beliau bersabda : “INNAKA LAN TUNFIQO NAFAQHOTAN  TABTAGHII BIHAA FAJ’HALLHI ILLAA UJIR TA A’LAYHAA HATTAA MAA TAJ’ALU FI FAMIMRA ATIK “
mengharapkan wajah Allah, kecuali engkau diganjar dengan pahala atasnya, hingga sesuatu yang engkau suapkan kemulut istrimu “.
           
Dalam kitap fat-bul  bari,al-Hafizh ibnu hajar al-asqalani menjelaskan: “yang dimaksud hadits tersebut disini adalah sabda Rasulullah: ‘yang dengannya ini enkau mengharap-yakni mencari-wajah Allah.’
           
dari redaksi tersebut, Imam an-Nawawi R.A menarik kesimpulan bahwa jika sebuah aktivitas berupa kesenangan duniawi selaras degan kebenaran ukhrawi, maka itu tidak mengurangi nilai pahala dari aktivitas tersebut sama sekali(apabila niatnya ibadah yaa jonnn).
            sebab menyuapkan maknan kemulut istri biasanya di lakukan saat bercanda. Tentu saja hal ini tidak luput dari dorongan nafsu syahwat.walaupun begitu, apabila tujuannya adalah mengharp pahala Allah SWT, niscaya ia memperoleh pahalanya dengan karunia ilahi..
            Ibnu  Hajar melanjutkan; “dalam hadits lain disebutkan lafazh yang lebih gamblang daripada sekedar menyuapkan makanan kemulut istri.yaiyu dalam hadits yang di riwayatkan oleh mulsim dari AbuDzar, bahwasannya di situ disebutkan: “dan hingga seseorang berhubungan intim dengan istrinya,juga terhitung sedekah!”   
           
Para sahaba bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apa seseorang yang melampias kan syahwatnya juga mendapatkan ganjara berupa pahala?’
            ‘Bagaimana menurut kalian jika orang itu melampiaskan syhwatnya pada perkara yang haram?’ “Demikianlah Beliau menanggapi pertanyaan mereka.
            Imam an-Nawaw berkata: “jika demikian lah keadaan nya-mendapat pahala dalam perkara yang dikehendaki nafsu-maka entu akan lebih layak lagi apabila pahala diberikan pada perkara yang tidak didorong oleh nafsu pribadi?”
            Imam an-Nawawi melanjutkan; “tujuan perumpamaan ‘menyuapkan makkanan kemulut istri’ adalah mempertegas kaidah ini.sebab apabila menyuapkan makanan kemulut istrisekali saja sudah berpahala, niscaya pahala lebih layak di berikan kepada yang memberikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan makanan, atau mengerjakan amalan yang tingkat kesulitannya lebih besar dari pada menuapkan nasi kemulut istri ini, yang nilai nya lebih indah.’
            Lebi dari itu, dapat dikatakan; Jikalau pahala di berikan kepadanya karena ia telah memberi makanan keistrinya, yang tentunya ia juga memperoleh keuntungan dari hal itu, sebab makanan tersebut menjadikan tubuh istrinya semakin cantik, dan biasanya nafkah yang diberikan kepada istri itu lebih banyak didorong oleh faktor nafsu. Maka hal ini jelas berbeda dengan bersedekah dengan orang lain yang lebh banyak menuntut pengorbanan, wallahu a’lam.
            Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh perbuatan mubah yang kita kerjakan seperti tidur, makan, mencari rezeki, dan lain nya dapat di jadikan bentuk ibadah dan pendekatan diri kepada Allah.sehingga cara iyu memberi peluang bagi seorang muslim untuk memperoleh beribu-ribu kebaikan dengan syarat niatnya adalahuntuk mendekatkan di ri kepada Allah.
            Semua perbuatan yang kita kerjakan di atas semakin bertambah niali pahala serta keutamaannya apabila kita bersungguh-sungguh menerapkan sunnah Rasulullah SAW sebagai bukti cinta lita kepada Beliau dan sifat ittiba’ kita yang tulus kepada ajaran beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar